09 November, 2018

BTS 2018 - my endless journey

HATTRICK  170K DNF



Tak mengapa diriku kembali gagal lagi, meskipun memperoleh peningkatan yang sangat berarti dibanding edisi tahun sebelumnya. Start untuk tahun 2018 diundur menjadi jam 19.00 WIB, entah pertimbangannya apa, mungkin agar tiba di WS Pananjakan menjelang sore, dingin banget bro kalo malam di puncak tertinggi kawasan Bromo Tengger Semeru itu.
Selepas start, setelah peserta dengan bangganya dipanggil namanya satu persatu, rute penuh debu tebal langsung menghadang langkah pelari. Aku mencoba bermain di pace ku, melangkah cepat namun pasti diselingi lari kencang saat menghadapi turunan. Padang pasir Bromo merupakan tantangan pertama sebelum mendaki B29,  bukit terjal yang harus didaki sebelum turunan aspal  menuju Ranu Pane. Sayang sekali karena kehati-hatian dalam melangkah, maksudnya mencegah cedera engkel kaki kiri kambuh, eh.. malah kena juga saat terperosok ke lubang yang tertutup debu tebal, entah apa yang kupikirkan saat itu. Sakit sangat terasa di engkel ku, hal ini yang membuat penyesuaian strategi berlariku.
Jalan aspal dengan turunan yang seharusnya menjadi super duper bonus, menjadi tantangan terbesarku untuk mencegah cedera engkel ku menjadi bertambah parah. Sambil berdoa mudah2an dengan berlari kecil berefek menyembuhkan.

Puanas e rek
W2 Ranu Pane adalah perhentian pertama setelah turunan aspal, yang seharusnya menjadi bonus bagi pelari ultra, engkel yang terasa tidak nyaman berarti berlari lari kecil, yang membuat rangking aku cuma menempati urutan 22 dari 45 pelari yang start katagori 170 KM. Setelah refill air minum dan mengungah sedikit ubi jalar rebus, aku bergegas berlari menembus malam menuju Kalimati yang melewati ayek-ayek selepas Ranu Kumbolo. Beberapa kali bertemu pelari urutan terdepan, salah satu nya si Jepang yang bertemu di Ranu Kumbolo, cuma berbeda arah denganku, dia sudah menerima gelang merah yang diambil 3 jam perjalanan pulang pergi dari WS Kalimati di ketinggian 2.700 mdpl.

going to Jarak Ijo, Nanjakk
Perjalanan ku terhenti di KM 141,1 Jemplang, sebenarnay akibat kesalahan prediksi jam finish yang terlalu cepat. Jam 12 siang adalah patokanku menyentuh garis finish, dengan anggapan COT di jam 13.00 waktru lava view, ternya batas COT adalah jam 17.00 WIB! sehingga dengan jam 10 pagi di Jempang saja  maka jarak temouh tersisa lebih kurang 30 KM dengan waktu tempuh 7 jam. Janji terlanjur dibuat dengan supir travel yang akan mengantarkanku ke pulau dewata, pikiran berkecamuk antara janji dan finisher BTS 170. Apalagi melihat panas terik yang melanda Bromo khususnya rute menuju garis finish, kurangnya jam tidur membuatku sulit berkontrensasi. Ditambahnya minimnya suporter dan tenaga medic di WS Jemplang, mereka lebih berkonsentrasi mengurus peserta 30 km yang start pagi tadi. Hal yang sama mungkin juga terjadi dengan pelari 170k lainnya Faranisa asal Malaysia, yang kebetulan 25 km terakhur menjadi teman seperjalananku, menembut tebalnya debu Bromo, dia juag menyerah dengan memesan ojek pengangkut ke penginapannya dengan tebusan 150 ribu rupiah. Sampai jumpa Bromo Tengger Semeru Ultra Tahun 2019!!!

WS Kandangan menuju pananjakan di suatu Sore

Puncak B29 ke-2 ku... 

running in the dust

bersama pak heru, founder Mantra

bersama kang imm Bandrex, di WS Jemplang KM 141, 7 hours to Finish





Filosofi Mangga di Jabar Ultra

 100 miles Road resmi pertamaku Jabar Ultra bukan jenis lomba yang bersifat charity seperti Run to Care maupun Nusantara Run, dan apabila di...