05 September, 2016

Ultra Trail Running for DUMMIES

Apa itu Ultra Trail Running
courtesy of Abdul Wahab


Adalah bukan melulu kecepatan.. 
Bukan selalu tentang pace.. 
Bukan jg harus bisa lari seperti atlet sprinter.. 
Tak harus menjadi pelari berbakat.. 
Tak mesti jd harus hebat dmata teman sepelarian..
Krn tahu cuma pelari dadakan.. 

Menjadi pelari ultra adlh pilihan hidup.. 
Engkau takkan mau d atur orang.. 
Krn berlari di atas full marathon bukan hal mudah
Mungkin kau bisa saja lari konstan 5 kilometer 
Namun bagaimana bila 50 kilometer? 100 kilometer? 200 kilometer tanpa jeda dan tidur cukup? 

Umur mungkin mengajarkan kita utk terus berprestasi.. 
Tak salah memang dg program ini itu.. 
Tp lari hobi adalah mainstream, jg diasporanya.. 
Sehebat apapun, saya pikir tetap pelari Kenya yg juara atau atlet nasional.. 
Jd saya tidak terlalu ingin jd mempengaruhi pikiran utk lari kencang layaknya atlit.. 

Sekencang2nya saya, tetap saja lambat bagi sebagian orang.. 
Dan ikut ultra adalah pilihan tipe lari saya.. 
Indah rasanya bermain dg endurance puluhan jam.. 
Nyaman rasanya berada ditempat baru sejauh mungkin.. 
Dan kau takkan pernah tahu rasanya lari tengah malam dan berganti hari.. 
Tak mesti selalu d gunung.. Flat aspal yg bikin gerah, boring dan suntuk fatamorgana pun oke.. 

Lain lagi dg trail run yg berlari khusus d alam terbuka dg elevasi.. 
Blm lg bila ditambah kata ultra, gimana gak sinting itu? 
Lari ratusan kilometer dg pertambahan ketinggian hingga ribuan meter.. 
Apa gak tambah terdengar stress? Tapi banyak koq yg bisa.. 
Bahkan extreme run ada yg lari hingga sebulan atau lebih tanpa henti.. Sinting bukan? 

Trail plus ultra adlh ttg kesendirian.  
Jg tentang mencari sejauh mana diri ini bisa bertahan.. 
Seringkali aku berbicara sendiri apa manfaat lari sebodoh ini? 
Lari dr tengah mlm hingga malam lagi.. 
Apa yg saya dapat? Hampir tdk ada selain passion.. 
Kegoblokan terstruktur ala orang stres.. 
Ya gmn enggak, lari tengah mlm pagi siang sore malem sampai pagi lagi.. 
Tp saya justru sangat gandrung.. 
Skyrunning, fell running, trail running, ultra trail.. 
Apapun namanya, sungguh buat fisik lebih terbentuk.. 
Bahkan setelah ultra kadang sakit, panas, pegel luar biasa hingga gak bisa jalan mungkin ada yg sampai seminggu atau jd santapan tukang pijit.. 

Kadang tidak habis pikir dg para ultraman runner. 
Kagak mandi jd hal biasa saat race.. 
24 jam lari? Ah itu biasa.. 48 jam lari bgmn? 
Dan saya bukan tipe potential runner koq.. 
Cuma pelari ala ala khas pegawai kantoran 
Yg waktunya lebih banyak terbuang krn pekerjaan 
Yg latihannya kadang cuma akhir pekan.. 
Dan yg kecepatannya mentok alias pas-pasan.. 

Dan ultra jd musuh tersendiri yg mesti dtaklukkan..
Bertambah level jarak jauhnya
Bertambah elevasi gainnya
Bertambah kegilaannya
Ente pernah denger lari 170 kilometer nonstop? 
Ah saya mah gak dulu deh sejauh itu.. 
Gak akan podium jg.. Haha

Ultra justru bagian hidup saya skrg ini
Bukan merk susu plain lho.. 
Bukan jg acara dentuman musik dugem d Bali. 
Bukan nama alat masak tentunya.. 
Ultra adalah lari jauh pake banget.. 

Bagi saya, ada kepuasan tersendiri saat melintasi alam.. 
Ada kebanggaan tersendiri ketika finish walau sebagian besar sih DNF, haha
Klo ente pernah nangis saat virgin finish full marathon, gmn klo ente finish ultra trail? 

Trail run saya kenal 4 tahun lalu.. 
Saat mendaki gunung Gede ada seseorang yg terlihat hiking tp sambil berlari.. 
Gear dg hydropack yg unik.. 
Apa ini namanya? 
Krn basic saya pendaki gunung.. 
Dan beberapa kali One Day Trekking alias tektok.. 
Bosen kan klo daki gunung yg sama dg kulkas 2 pintu dtambah bawa rumah portable alias tenda.. 
Dan pertemuan plus sedikit ngobrol dg tuh pelari gunung yg akhirnya buat saya jd ikutan.. 
Diracun dan terkena virus trail run.. 
Jgn heran klo ogah d ajak lari jauh d aspal.. 
Selain takut sm debu jalanan, saya tipe takut sama jalan raya
Ngeri dtabrak kendaraan dan banyak polutan. 
Horror lari d jalan raya dg segudang kemacetan.. 

Kami jg manusia normal koq
Dengkul bukan racing
Betis dan paha bukan terbuat dr besi
Dan tubuh jg sangat lelah saat ultra
Banyak DNF dibanding finish
Tp justru jg jd ketagihan 
Remedial dan remedial.. 
Tambahin jarak dan COT.. 

Ada yg tumbang krn bosan
Ada yg sakit hati 
Ada yg malah tambah jarak
Ada yg justru makin lama
Ada jg yg semakin ketagihan

Saya melatih fisik dg cara ini ternyata lebih kerasan
Ultra trail justru jd moment tersendiri 
Klo ente naik ke Puncak Rinjani berhari2, sebagian dr kami hanya butuh hitungan jam.. 
Saya sih masih keong.. 
Jd sadar diri aj.. Yg penting finish strong.. 
Wlw masih selalu DNF d bbrp race, haha

Bagi para nubie ultra seperti saya
Adalah sebuah pencapaian tersendiri bila sudah bisa jd mesin diesel dlm event ultra
Gpp DNF asal bisa ramein acara
Yg kadang disitulah bertambah kangen 
Bersua dg sesama ultra runner
Wlw tahu gak akan bisa ngejar 
Setidaknya ketemu dg mereka d gunung, haha 

Saya mencintai olahraga ini. Bgmn dg Anda? 
A special thank to Hendra Wijaya yg udah nularin virus ultra dan bikin acara ultra dg rute ciamik.. 
Jg my best friend, sob Bambang Tejomurti yg kagak pernah podium d ultra, sering DNF tp semangatnya dlm berlari, udah cukup menginspirasi.. 

"If you want to run, run a mile. If you want to experience a different life, run a marathon. If you want to talk to God, run an ultra". 
Dean Karnazes (Ultra Marathon Runner) 

So, wanna an ultra running?

30 August, 2016

Arjuna Welirang Ultra (AWU)

AWU Arjuna Welirang Ultra 60 k
20-21 Agustus 2016



Nomor peserta 60001 seharusnya merupakan tanda keberhasilan dan kesuksesan, berarti yang pertama untuk peserta 60km. Persiapan menurut saya sudah cukup dilakukan, salah satunya DNF di Rinjani 100  beberapa minggu sebelumnya. Beberapa sesi gym di Hammerhead, kuta, dihadiri dengan bimbingan bang Iwan SOG. Setiba di kebon teh Wonosari, bukan pemanasan yang dilakukan, tapi tidur di masjid terdekat dan terbangun menjelang 15 menit sebelum waktu start, oh my God. Start AWU jam 24.00 WIB Empat puncak gunung dengan gain elevasi mencapai 4500 m telah berhasil dilewati, yakni Arjuna, Kembar 1, Welirang dan satu bukit dengan ketinggian 1.800 mdpl.

Tapi apa mau dikata, malang tak dapat ditolak, menjelang km 26 cedera melanda, jalur yang berbatu dan sangat licin membuat kaki kiri bagian ankle terasa sakit. Dalam kondisi demikian tidak ada kata menyerah, batinku. WS 5 di Km 41 ( Suunto-ku menunjukkan km 43,5) jam 16.00 WIB mengakhiri perjuanganku. Abang ojek akhirnya mengantarkanku ke tepi jalan raya Lawang, menunggu bis Midas Nusantara tujuan Denpasar. AWU 2016 memang bukan lomba trail yang biasa, dari sekitar 30-an peserta yang ikut start hanya 13 runner yang berhasil mencapai finish. Salut kepada sang race director, Ivan Citra Wijaya, tahun depan aku pasti akan kembali. 








RINJANI 100

RINJANI 100
30-31 Juli 2016

“A new prestine trail “ kata sang founder Hendra Wijaya. Ternyata bukan slogan dan janji belaka, jalur yang harus ditempuh sangat sangat menantang. 100 km dengan gain elevasi mendekati 10 ribu meter membuat pelari harus mengerahkan seluruh kemampuannya baik fisik dan mental. Start dimulai jam 19.00 WITA dengan COT di puncak Gn Rinjani jam 07.00 WIB, saya yang dari awal tidak cukup mempersiapkan diri ditambah terkena demam DBD tiga minggu sebelumnya, tidak berharap banyak, namun dengan demikian dengan napas satu dua menempuh hampir 11 jam ke puncak (km 22)  sebelum cut off time pertama. Alhamdulilah.





01 July, 2016

Menggapai menara suci Pulau Dewata


start jam 22.00 Finish 03.00 di shubuh buta, pertengahan bulan Ramadhan 1437 H

bersama sang guide, bli botak



tiba puncak 00.45

09 February, 2016

Coast to Coast 2 edition

Parangtritis, 6 sd 7 Februari 2016
Jarak 50 KM
Start jam 24.00
Finish jam 10.31 am

jalur yang menantang dan penuh variasi, plus hujan deras tengah malam menjadikan event C2C edisi ke-2 ini  "unforgetable"


KM 40


lagi cari sign yang "ngumpet"




sunset di Depok beach

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? [Q.S. Fussilat (41): 53] - See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/embriolintah-keajaiban-ilmiah-al-quran.html#sthash.5tdNzWOQ.dpuf
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? [Q.S. Fussilat (41): 53] - See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/embriolintah-keajaiban-ilmiah-al-quran.html#sthash.5tdNzWOQ.dpuf


"(Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segenap penjuru) di segenap penjuru langit dan bumi, yaitu berupa api, tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan (dan pada diri mereka sendiri) yaitu berupa rapihnya ciptaan Allah dan indahnya hikmah yang terkandung di dalam penciptaan itu"

29 January, 2016

Vibram 100Ultra Trail






Place: Sai Kung, HONGKONG

The 6th edition of the Vibram® Hong Kong 100 Ultra-Trail race took place on January 23-24th 2016 with over 1800 participants from 50 different countries.  The field comprises about one third runners from Hong Kong, one third runners from Mainland China and one third runners from everywhere else, including a sizeable presence from Japan, Malaysia, Singapore and Thailand.  This year, the elites came from far and wide, including France, Spain, Italy, the United States, Germany, Iceland, Finland, Japan, Nepal, Switzerland and Mainland China.  The field was the deepest of any trail race ever held in Asia and it was hard to predict the winner with over 60 or so international superheros competing against each other.  In the end, it was France’s Francois d’Haene and China’s Dong Li who took the men’s and women’s titles respectively.

This year’s Hong Kong 100 took place during the coldest day that Hong Kong has experienced in six decades, with temperatures falling below zero on the course’s highest peak, Tai Mo Shan.  As a result of the cold weather, a lot of local “frost chasers” drove their cars up to Tai Mo Shan in the hope of experiencing snow in Hong Kong for the first time in their lives.  This resulted in total traffic gridlock to and from the finish point and on the last 2.5 km of the route and the consequent decision to re-route the last part of the course onto trail and away from the congested road to ensure safety of the participants and volunteers.  A decision was made to call off the race after about 21 hours because ice formed overnight on the last 6 km of the route, making the run in to the finish treacherous.



with Bandung explorer Team

Event statistics:

Started: 1841
Gold Awards (under 16 hours): 230
Silver Awards (under 20 hours): 416
Bronze Awards (under 24 hours): 126
Over 24 hours: 82
Total who reached the finish line: 969
Total who reached CP7 (Beacon Hill) when the race was stopped: 70
Total who reached CP8 (Shing Mun) when the race was stopped: 156
Total who reached CP9 (Lead Mine Pass) when the race was stopped: 211
Total withdrawals: 462
Countries represented: 50
Volunteers: 755

Men’s race

In yet another exciting edition of the race, the first of the Ultra-Trail World Tour 2016, Francois d’Haene won the men’s competition in a new course record of 9:32:26 breaking Yan Long Fei’s course record by 20 minutes.  D’Haene’s new record looks even more impressive when this year’s route change (adding 5 or 10 minutes to the course) is factored in.

D’Haene, winner of the 2014 editions of Ultra Trail du Mont Blanc and Ultra-Trail Mt. Fuji, was always going to be one to watch having rested up from racing during the second half of 2015. The first 30km of the race was a fast pace with D’Haene, Yan Long Fei, Bed Sunuwar, Gediminas Grinius and Vlad Ixel in the front pack. By the halfway point Francois d’Haene and Yan Long Fei had broken into a lead and ran hard together to the 75km mark. Francois dropped back a couple of minutes into 2nd position, but caught up with the race leader on the climb to the final summit and managed to gain an additional 5 minutes on the final stretch to the finish line.

After the race, Yan noted that he accidentally left his warm layers in a pack he swapped midrace and suffered severely from the cold.

Gediminas Grinius from Lithuania who fell off the pace of the two front runners by a couple of minutes at the halfway point, ran alone for the remainder of the race finishing in 3rd position, 21 minutes behind the winner. Pau Capell Gill, Yeray Durán and Jordi Gamito Baus from Spain, finished 4th, 5th and 6th respectively.

Stone Tsang Siu-Keung was the first local runner in eighth place, finishing in 10:53:02, beating his own time of last year by more than half an hour.

 Top 10 men’s results:

1          François D’Haene (Salomon) (France) — 9:32:26
2          Yan Long-Fei (Salomon) (China) — 9:37:17
3          Gediminas Grinius (Vibram) (Lithuania) — 9:53:51
4          Pau Capell Gill (Compressport) (Spain) — 10:06:42
5          Yeray Durán (Arista) (Spain) — 10:36:04
6          Jordi Gamito (WAA) (Spain) — 10:37:36
7          Oose Kazufumi (Salomon) (Japan) — 10:47:39
8          Stone Tsang Siu-Keung (Champion Systems) (Hong Kong) — 10:53:02
9          Iino Wataru (Japan) — 10:56:59
10        Jussi Nokelainen (Inov-8) (Finland) — 11:07:55


elite runner

get ready bro

Women’s race

In the Women’s race Dong Li from China, who was placed 2nd in the 2015 edition of Vibram Hong Kong 100, led the race from the start. For the first 40km of the course Silvia Trigueros was on her tail, before she broke away and built up an increasing lead throughout the remainder of the race to take the win by 25 minutes in a time of 12:05:32.

Lisa Borzani from Italy who placed 3rd in the 2015 Vibram Hong Kong 100, finished this year in 2nd place. Liza ran the 1st half of the race alone in 3rd place, before catching up Silvia Trigueros by the 65km mark. Liza and Silvia ran close together for the next 15km after which Liza took a lead which she maintained to the finish line. Silvia Trigueros from Spain finished 4 minutes behind Liza in 3rd place.  Corinne Williams from United States finished in 4th and Elisabet Margeirsdottir from Iceland finished in 5th place.

Marie McNaughton was the first local female runner in 7th seventh place.

Top 10 women’s results:

1          Dong Li (Salomon) (China) — 12:05:32
2          Lisa Borzani (Tecnica) (Italy) — 12:30:41
3          Silvia Ainhoa Trigueros (Race Land) (Spain) — 12:34:23
4          Corinne Williams (United States) — 13:19:34
5          Elisabet Margeirsdottir (Arctic Running) (Iceland) — 13:41:40
6          Emilie Tan (Canada) — 13:47:52
7          Marie McNaughton (Gone Running) (New Zealand) — 13:55:52
8          Natalia Watkins (United Kingdom) — 14:06:09
9          Nicole Lau (Hong Kong) — 14:10:52
10        Wing Yan (Nicole) Leung (Hong Kong)— 14:14:09







Bronze Trophy 23:26 hours


Heroics

The weather leading up to and during Hong Kong 100 had been challenging.  The course markers and checkers were out on the course bracing cold wind and rain in the days leading up to the event to prepare the course.  The fact that this year nobody called in to say that they were lost despite two-thirds of the field being from outside Hong Kong is a testament to their hard work and dedication to ensuring that the course was marked to the highest standard (as well as to the number of marshals who braved the cold to keep everyone encouraged and heading in the right direction).  Hats off (although not for long in this weather).


my result has 3 points UTMB

Sekali lagi, Charity Run RTC 2025

Merajut asa, Merengkuh Semangat baru  RTC 2025 kategori full course Kegiatan menulis itu kadang kala butuh mood , ini yang terjadi pada ku, ...